Aku dan Segala Kerinduan Serta kebaikan Yang Tercipta di Tengah Wabah Covid-19 #CeritakuDariRumah

Jadi hai!

Ada yang merindukanku, kah? Hampir genap 2 bulan aku tak menulis apapun, kau tau? Aku selalu rindu menulis.
Waktu 2 bulan cukup sukses membuatku stuck tidak menulis sebab laptop baru saja turun dari rumah per-service-an. Aku benar-benar dibuat buntu akan segala ide, padahal sekarang ini lomba menulis sedang banyak muncul. Semua ceritaku seakan hilang seketika, yang kupikirkan saat ini adalah aku rindu Coban Rondo. Coban Rondo adalah salah satu destinasi wisata alam air terjun yang terletak di Kota Malang, Jawa Timur.

Tengah malam begini tiba-tiba rindu, aku pengen kesana lagi. Tapi yah, seperti yang kita tau, sekarang sedang marak Wabah Covid-19. Virus mematikan yang dalam waktu singkat mampu membuat segala aspek kehidupan manusia berubah. Para ilmuwan kesehatan menyatakan bahwa covid-19 ini tidak separah Virus Sars dan Ebola, tetapi ini juga dikatakan parah. Hampir semua negara memberlakukan system lockdown atau karantina. Sekolah-sekolah  diliburkan dengan alih bahasa yaitu belajar di rumah. Begitu juga dengan para mahasiswa, kuliah tetap ada dengan kuliah onlinenya. Dan yang paling heboh adalah bahwa UN ditiadakan tahun ini, tapi entah tahun selanjutnya. Hal itu cukup menuai kontroversi yang akhirnya kita bisa terima, karena tidak ada pilihan lain. Wabah Covid-19 ini benar-benar melumpuhkan, semua dihimbau untuk tetap tinggal di rumah dan tidak berada di antara kerumunan. Alhasil, semua tempat umum bahkan tempat ibadah disterilkan. Semua umat beragama diminta untuk ibadah di rumah masing-masing, bahkan tempat sesuci Ka’bah pun sekarang menjadi sepi. Tempat suci yang menjadi poros dunia itu kini sepi tanpa manusia kecuali petugas. Beberapa waktu selang  lockdown ini tiba-tiba muncul dan sempat viral beredar video sekelompok burung terbang mengelilingi Ka’bah, melakukan kegiatan sebagaimana manusia melakukan Thawaf.

Sekarang sudah masuk hari ke 14 Bulan Ramadan. Sekitar sebulan terakhir, pemerintah mulai resmi mengganti system lockdown atau social distancing atau physical distancing dengan istilah baru yaitu PSBB (Pembatasan Social Berskala Besar). Sudah terlaksana di daerah Jabodetabek dan kemudian menyusul kota-kota besar lainnya. Tupoksi aparat kemanan menjadi lebih banyak, lebih intens, dan lebih tegas kepada masyarakat yang masih saja kekeuh untuk keluar rumah.

Secuil dari dampak pandemik Covid-19


Semakin lama semakin parah saja efek dari pandemik ini. Tenaga kerja banyak yang di PHK dan otomatis menjadi pengangguran, 



Para pekerja lapangan sudah barang tentu menjadi lebih sedikit pendapatan yang mereka terima dari biasanya atau bahkan NIHIL. Semua tidak ada yang menyangka bisa datang masalah sebesar ini, terlebih lagi sekarang masuk Bulan Ramadan. Di mana kebutuhan tentu saja akan meningkat 2 kali lipat dari biasanya.



Kebaikan tetap mengalir di tengah pandemik


Di tengah sulitnya ekonomi saat ini, membuat jiwa kemanusiaan orang-orang mulai terlihat. Mulai muncul banyak orang-orang yang lebih mampu turut membagi rezekinya kepada yang kurang mampu, kebaikan mengalir dari arah mana saja tanpa pandang bulu, tanpa membedakan suku dan agama. Di saat-saat seperti ini kemanusiaan, toleransi dan kebaikan perlu dipupuk setinggi mungkin, jangan sampai ada yang mampu makan ayam sedangkan di luar sana ada yang kehilangan pekerjaan dan tak mampu membeli bahan pokok untuk makan. Kita semua bersaudara, sedarah dan setanah air.

Seperti para customer yang dengan sukarela memberikan pesanannya kepada driver ojek online, pedagang-pedagang pasar yang tidak menaikkan harga barang dagangannya, orang yang sengaja menaruh berbungkus-bungkus bahan pokok di atas pagar rumah mereka agar orang-orang yang membutuhkan dapat mengambilnya dengan senang hati tanpa harus ada kontak fisik, ada pula yang berani turun ke jalan memberikan sepaket sembako kepada warga tunawisma dan pengangguran, juga para public figure yang turut andil membagikan masker gratis kepada masyarakat sebab banyak oknum nakal yang mencari keuntungan. Dan terlepas dari itu semua, dari sini kita tau bahwa di tengah rumitnya permasalahan duniawi, orang baik dan kebaikan itu masih ada :)

Rindu Ramadan?


Melihat selain sisi ekonomi, bahwa mungkin ini adalah tahun paling menyesalkan bagi sebagian umat muslim. Bagaimana tidak? Kita tidak akan lagi merasakan ramainya sholat taraweh berjamaah di masjid, yang tarawih selalu pengen cepet-cepet selesai, yang tarawih suka nguap-nguap nahan ngantuk. Kita akan rindu rasanya mukena keinjek kaki sendiri, yang menyebabkan poni menyapa dunia dengan iewwh bambang! Sebelnya mukena keinjek yang dipinggir atau kepala kita yang ga sengaja kedudukin sama ibu-ibu yang di depan, tapi malah kita yang dimarahin. Ternyata selain lagi naik motor matic, lagi tarawih juga ibu-ibu juga selalu benar. Kita juga dibuat kangen susasana bocah-bocah yang riweuh sama jajanannya tapi tarawehnya engga, Bocah-bocah yang berisik ngobrol, tapi duduk tertib pas tahiyat doang :) kzl!. Juga Gelisah karena lupa bawa uang buat ngencleng sama buat jajan cilok, ada pula yang paling bikin kangen adalah betapa lucunya orang-orang yang sujud duluan pas witir terakhir padahal harusnya qunut dulu. Dan cewek-cewek yang sibuk sibuk beresin mukena dan sajadah padahal waktunya berdo'a. that’s all can’t relate now.

Harapanku, harapanmu, dan tentu saja harapan kita semua adalah sama saat ini. Semoga semua cepat berlalu, kembali baik-baik saja, kembali berbahagia, kembali kepada aktivitas sebelumnya dan yang paling penting adalah Pandemic Covid-19 ini memberikan kesan mendalam, kita harus bisa lebih baik merawat diri dan merawat bumi setelah ini, juga melestarikan dan memupuk kebaikan.




*Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition “Ceritaku Dari Rumah” yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan.

Comments

  1. Wah ikutan lomba blog juga nih kak... mantap...
    jika berkenan mampir ke tulisan saya di sini kak:
    Berbuat Baik Bisa dari Rumah #CeritakuDariRumah

    BalasHapus